Hai para pesuka KCH mania kita bertemu kembali dg ahmad disini, saya akn menceritakn suatu kisah pengalaman pribadi dan tentunya realiti, kejaian ini saya alami sekitar tahun 2003 silam. Sebetulnya kisah ini tidak terlalu mensayatkan bagi orang orang yang tebal iman nya, tapi bagi kita yang tipis iman nya “Jangan pernah membaca cerita ini sendirian !!!”.
Saat itu kakek (dari pihak istriku) sedang sakit sakitan, jadi pihak keluarga istriku semua berdatangan untuk menjenguknya, begitu juga saya pun turut menjenguknya walaupun rumah kontrakn kami hampir berhadapan tapi kestantekan akn pekerjaanku menyebabkan saya jarang dirumah. Semua ahli keluarga berkumpul, bercengkrama dan membincangkan tentang giliran menjaga sang kakek. Sekitar pukul 19.00 malam barulah rapat keluarga selesai dan malam ini bapak mertusaya yang kena giliran menjaga si kakek.
Aku pun sudah mengantuk mengajak istriku pulang tuk tidur di rumah karna rumah kami dekat saja dari rumah sang kakek. Aku tak bsa memejamkan mata karna terlalu berisik orang orang yang berada diluar rumah, dan saya dengar samar samar seperti orang yang bertengkar. Ya, ia bibi istriku dg abangnya (mertusaya), istriku keluar rumah untuk meleraikan nya namun si bibi malah marahi istriku yang membela bapaknya, lalu saya keluar untuk ajak istriku meninggalkan si bibi dan tidur.
Pagi-pagi saya bangun terus mandi dan sholat subuh, saya menikmati segarnya pagi dg aroma minuman khas kopi hitam kesukaanku dg sebatang roko filter. Aku sarapan kemuian pamit siap berangkat kerja. Ketika saya sedang beraktivitas ada SMS masuk di hp ku, tulisan smsnya “aa, si bibi kecelakaan tadi pagi jam 6.00, sekarang ada di rumah sakit”, saya pun membalas “entar sore habis kerja kita ke rumah sakit”.
Singkat cerita saya sudah pulang, sampai rumah saya mandi sholat dan makn. Terus siap siap pergi besuk ke rumah sakit. Sehabis maghrib kami pergi ke rumah sakit dan tak lupa pula singgah ke rumah mertua, ya sekalian bareng bareng ke rumah sakit. Sesampainya disana saya langsung menuju ruangan anggrek tempat dirawatnya si bibi dan herlina (anak bibi), kalau dilihat luka fisik luar herlina tidak parah malahan si bibi yang kelihatan babak belur tak berdaya, namun kalau dilihat fisik dalam herlina sangat parah karna saksi mengatakn herlina terseret kendaraan colt bak akibat baju tersangkut besi bemper depan sampai 50 meter dan badannya tergencet ban belakng dg trotoar jalan akibat oleng dan colt bak tersebut naek trotoar sedangkan supir sudah dibawa ke kantor polisi.
Dengan wajah ayu dan senyuman manis herlina ia memegang tanganku dan meminta maaf jika ada salah, saya pun sama minta maaf begitu pula istriku. Kami pamitan kepada bibi dan herlina karna sudah jam 20.00 malam dan kami terus pulang, namun sesampainya dirumah baru saja saya mau on kan tivi ada sebuah pengumuman tentang berita duka telah berpulang ke rahmatulloh saudari herlina anak bapak odo, dan hatiku langsung deg terasa percaya dan tidak mendengar berita itu, saya call kang mus dan ia bilang, ya benar sekarang semua mau kesana, saya pun ikut dia ke rumah sakit. Sesampainya di sana suara tangis mengisi ruangan anggrek suasana duka menyelimuti dia, saya berlari ke bagian administrasi untuk menyelesaikan semua biaya dan meminta ambulance untuk mengantar jenazah herlina.
Jenazah masuk di masukan ke dalam ambulance jam 22.00 dan didepan sudah naik bapak mertusaya dan bapak dari almarhumah, saya menutup pintu ambulance dan segera naik motor ikut kang mus, eh saya malah dipanggil si supir ia bilang “maaf dek, kalau bsa harus ada orang yang menjaga jenazah dibelakng”. Aku terus mencari pihak keluarga yang lain dan tak saya temukan karna dia sudah pergi langsung menuju rumah duka dg motor dia, hanya saya dan kang mus yang tertinggal.
“kang mus. Akang mau gak nemenin jenazah sama saya di ambulance?” tanysaya. Berbagai alasan ia utarakn, saya paham kang mus kan pensayat sama kayak saya. Bapak mertusaya langsung ngomong “dah nak ahmad masuk aja gak bakal ada apa apa, bapak kan nemenin mang (paman) odo biar tenang ia”. Okelah saya masuk juga akhirnya ke dalam mobil ambulance dan perjalanan pun dimulai.
Saat itu saya masih tenang dan berani karena lampu kota menerangiku, namun disaat memasuki jalan desa remang remang suasana di dalam ambulance ditambah lagi kaca pembatas dg supir ditutup dan di cat warna putih sehingga tinggal saya dan jenazah almarhumah yang bsa saya rasakn waktu itu. Jalan kampung banyak lubang lagi membuat supir untuk banting stir kanan dan kiri dan kain penutup jenazah terbuka sedikit demi sedikit sampai akhirnya terlihat jelas wajah pucat jenazah dg mata terbuka dan saya lihat ada darah keluar di bagian hidung.
Astaghfirullohal adzim saya tutup kembali kain dan merapikan nya, tak berapa lama kain merosot lagi dan terbuka lagi wajahanya yang pucat dan jenazah bergoyang goyang akibat jalan yang berlubang dan jelek dan saya merasakn betisku menyentuh sesuatu yang dingin, keringatku mengalir deras, rasa tsayatku tak dpt ku tahan kulihat tangan nya bergerak menyentuh betisku dan saya coba untuk melihat wajah nya.
Masya Allah wajah pucat dg mata terbuka dan senyum menyeringai. Sungguh mengerikan, saya sontak memukul kaca pembatas dg supir kemuian terbuka kaca pembatas itu lantas si supir bertanya,
“kenapa dek ada apa?”.
“Pak supir stop ambulance saya mau turun, saya mau jalan kaki aja, saya gak tahan pak iam sama jenazah” Ketusku.
“Nak, bapak kasih tau sebenarnya kalau mobil jenazah sedang membawa jenazah itu dilarang berhenti di tengah jalan, tsayat terjadi apa apa” kata supir.
Mertusaya pun ikut nimbrung “nak ahmad bentar lagi juga sampai”.
“Hmm tapi jangan tutup kaca pembatas itu” Katsaya.
Aku mencoba tuk memberanikan diri walaupun keringat mengucur deras sampai basah bajuku, akhirnya sampai juga di depan gang rumah duka. Aku buka pintu ambulance dan langsung jenazah di angkat oleh warga ke rumah duka, dan saya menghampiri istriku terus mengajak pulang.
Istriku : wah aa hebat berani banget.
Aku : gimana gak berani, saya terpaksa, nih lihat baju sampai basah begini nahan tsayat untung aja gak kencing dicelana. *Istriku tertawa
Sampai dirumah saya mandi ganti baju dan melayat kerumah duka bersama istriku. Dan jenazah di kebumikan esok hari jam 7.00 pagi. Itulah sepenggal kisah yang saya alami, memberiku sebuah pengalaman yang berharga sampai saat ini masih membekas dalam ingatanku. Sampai jumpa sobat KCH ingat “jangan pernah baca ini sendirian”.
EmoticonEmoticon